·
JEMBER – Dari ratusan
titik pita kejut atau Rumble Strip yang ada di Kabupaten Jember, hanya sebanyak
tiga titik saja yang layak dibongkar.
Hal ini disampaikan oleh Kepala
Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jember, Gatot Triyono
beberapa waktu lalu. Menurutnya, ada beberapa titik jalan raya yang kerap
dijadikan lokasi balap liar.
“Sehingga, titik itu masih sangat
memerlukan pita kejut. Hanya tiga titik saja yang memang layak dibongkar,
seperti di jalan Sultan Agung, depan Masjid Jami’ dan depan kantor pos,” kata
Gatot.
Selain itu, ada sembilan titik yang
memerlukan penipisan tinggi pita kejut, beberapa diantaranya yaitu di Jalan
Gajahmada dan PB Sudirman. “Ini berdasarkan hasil evaluasi dan kajian yang kami
lakukan,” ujarnya.
Sesuai dengan peraturan yang ada. Pemasangan
pita kejut maksimal setinggi empat centimeter. Tetapi Dishub membuat ketinggian
sekitar dua centimeter. Dikarenakan pertimbagan kenyamanan berkendara. “Kalau memang
seharusnya dibuat landai, mungkin bisa dikurangi menjadi 1 cm saja,” katanya.
Namun, lanjut Gatot, tidak semua titik pita kejut bisa dilakukan penipisan.
Dia mencontohkan pita kejut yang ada di wilayah kampus Tegalboto. Lokasi
tersebut kerap dijadikan arena balap liar saat dini hari.
“Selain di wilayah kampus, jalan protokol dekat GOR Kaliwates juga sering
dijadikan arena balap liar. Jika seluruh pita kejut dilakukan penipisan, pasti balap
liar bisa ramai lagi kembali,”jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Satlantas Polres Jember, AKP Nopta Histaris Suzan, menilai, pembongkaran
pita kejut oleh Bupati dan Wakil Bupati Jember, Faida – Abdul Muqit Arief
beberapa waktu lalu itu perlu dikaji lagi.
“Apakah
memang betul di lokasi itu Rumble Strip harus dihilangkan. Apakah masih ada
kelayakan untuk dipasang lagi. Nah, ini yang perlu dikaji lagi,” kata Nopta.
Berdasarkan hasil eveluasi dan analisa yang
dilakukan. Selama beberapa hari terakhir ini, pita kejut di Jalan Sultan Agung
dan A Yani atau sekitar Alun – alun masih diperlukan. Dia menyebutkan, di eks lokasi pembongkaran, masih ada kendaraan
yang melaju dengan kecepatan tinggi.
“Kemudian disana juga volume kendaraan
banyak. Aktifitas juga rame termasuk pejalan kaki dan orang menyeberang.
Apalagi kalau hari jumat, banyak masyarakat yang menyeberang untuk datang ke
masjid (Al – Baitul Amin). Berdasarkan evaluasi, pejalan kaki sedikit susah
menyeberang jalan” terang Nopta.
(awi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar