Senin, 21 Maret 2016

Hanya 3 Titik Pita Kejut Layak Dibongkar




·         


JEMBER – Dari ratusan titik pita kejut atau Rumble Strip yang ada di Kabupaten Jember, hanya sebanyak tiga titik saja yang layak dibongkar.
            Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jember, Gatot Triyono beberapa waktu lalu. Menurutnya, ada beberapa titik jalan raya yang kerap dijadikan lokasi balap liar.
            “Sehingga, titik itu masih sangat memerlukan pita kejut. Hanya tiga titik saja yang memang layak dibongkar, seperti di jalan Sultan Agung, depan Masjid Jami’ dan depan kantor pos,” kata Gatot.
            Selain itu, ada sembilan titik yang memerlukan penipisan tinggi pita kejut, beberapa diantaranya yaitu di Jalan Gajahmada dan PB Sudirman. “Ini berdasarkan hasil evaluasi dan kajian yang kami lakukan,” ujarnya.
Sesuai dengan peraturan yang ada. Pemasangan pita kejut maksimal setinggi empat centimeter. Tetapi Dishub membuat ketinggian sekitar dua centimeter. Dikarenakan pertimbagan kenyamanan berkendara. “Kalau memang seharusnya dibuat landai, mungkin bisa dikurangi menjadi 1 cm saja,” katanya.
Namun, lanjut Gatot, tidak semua titik pita kejut bisa dilakukan penipisan. Dia mencontohkan pita kejut yang ada di wilayah kampus Tegalboto. Lokasi tersebut kerap dijadikan arena balap liar saat dini hari.
“Selain di wilayah kampus, jalan protokol dekat GOR Kaliwates juga sering dijadikan arena balap liar. Jika seluruh pita kejut dilakukan penipisan, pasti balap liar  bisa ramai lagi kembali,”jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Satlantas Polres Jember, AKP Nopta Histaris Suzan, menilai, pembongkaran pita kejut oleh Bupati dan Wakil Bupati Jember, Faida – Abdul Muqit Arief beberapa waktu lalu itu perlu dikaji lagi.
 “Apakah memang betul di lokasi itu Rumble Strip harus dihilangkan. Apakah masih ada kelayakan untuk dipasang lagi. Nah, ini yang perlu dikaji lagi,” kata Nopta.
Berdasarkan hasil eveluasi dan analisa yang dilakukan. Selama beberapa hari terakhir ini, pita kejut di Jalan Sultan Agung dan A Yani atau sekitar Alun – alun masih diperlukan. Dia menyebutkan, di eks lokasi pembongkaran, masih ada kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi.
“Kemudian disana juga volume kendaraan banyak. Aktifitas juga rame termasuk pejalan kaki dan orang menyeberang. Apalagi kalau hari jumat, banyak masyarakat yang menyeberang untuk datang ke masjid (Al – Baitul Amin). Berdasarkan evaluasi, pejalan kaki sedikit susah menyeberang jalan” terang Nopta. (awi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar